LATAR
BELAKANG
Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan
sosialnya menuntut dipenuhinya
pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-CSR).
Dengan CSR perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan perhatian
terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja, hubungan perusahaan masyarakat, investasi sosial
perusahaan, dan citra perusahaan di mata publik menjadi
baik, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan akses kapital.
Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya
menerapkan program CSR
sebagai
bagian dari strategi bisnisnya. Survey global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit
menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai organisasi menjadikan
CSR sebagai pertimbangan utama dalam
pengambilan
keputusan (Warta Ekonomi, 2006).
Perusahaan
akan mengeluarkan biaya-biaya untuk melaporkan dan
mengungkapkan
informasi sosial yang berhubungan dengan kegiatan ekonominya dalam penerapan CSR. Perusahaan
bersedia melakukan pengungkapan sukarela
meski
menambah cost perusahaan untuk memenuhi tekanan masyarakat (misalnya kasus lingkungan) atau untuk
meningkatkan citra publiknya (Chairi dan
Ghonzali,2003).
Biaya-biaya yang dikeluarkan ini sering disebut dengan Political Visibility. Pengukuran
political visibility diproksikan dengan size (ukuran) perusahaan dan profile industri.
Interaksi antara ukuran perusahaan dan industri menunjukkan
hasil bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara perusahaan dalam industri yang high profile
dibandingkan dengan industri yang low profile.
Perusahaan
high-profile ternyata melakukan pengungkapan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan low-profile
(Utomo, 2000). Perusahaan yang
menghadapi
biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah dan visibilitas politis yang tinggi akan cenderung
untuk mengungkapkan informasi sosial.
Jadi pengungkapan
informasi sosial yang diungkapkan dalam CSR disclosure berhubungan positif dengan
visibilitas politis dan berhubungan negatif dengan biaya kontrak dan pengawasan
(Belkaoui & Karpik,1998). Economic
performance sering juga disebut dengan kinerja
perusahaan, merupakan
kinerja perusahaan secara relatif dalam suatu industri untuk menciptakan lingkungan baik (green)
(Suratno, 2006). Hasil penelitian dari beberapa negara
yang sudah maju membuktikan bahwa saat ini investor memasukkan variabel sustainability (berkaitan
dengan masalah kelestarian lingkungan) dalam
pengambilan keputusan investasi. Para investor
cenderung menanamkan modalnya pada
perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap masalah sosial (perusahaan yang mengungkapkan laporan
pertanggungjawaban sosial atau CSR) atau
perusahaan
yang memiliki standar tinggi dalam masalah sosial dan lingkungan hidup.
Dewasa ini pusat perhatian perusahaan bergeser, lebih
dari merancang strategi untuk menarik pelanggan baru dan menciptakan transaksi
dengan pelanggan. Hal ini dikarenakan oleh dinamika perubahan lingkungan bisnis
yang berkembang cepat, telah memaksa berbagai perusahaan yang ada untuk
menemukan sebuah solusi tepat dalam bertahan dan memenangkan persaingan. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan membangun
hubungan dekat dengan para pelanggannya. Perusahaan sekarang berusaha
sebaik-baiknya untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan membina
hubungan yang berorientasi jangka panjang dengan pelanggan atau lebih dikenal dengan
istilah relationship marketing (Weiser, 1995 dalam Boles, dkk, 1997, p.
253). Loyalitas merupakan tujuan relationship marketing.
Untuk
mempertahankan loyalitas tersebut, perusahaan tidak hanya dapat menyandarkan
pada kepuasan yang dirasakan pelanggan, tetapi lebih dari itu bahwa rasa
percaya merupakan perantara kunci dalam membangun loyalitas. Banyak teori
menyatakan bahwa kepuasan dapat menjadikan konsumen loyal. Diantaranya teori
yang dikemukakan oleh Bitner, 1990 (dalam Ramadania, 2002, p. 45) bahwa
psikologi ruang lingkup loyalitas pelanggan adalah mekanisme konfirmasi atau
diskonfirmasi kepuasan. Sedangkan menurut
2 Schnaars (1991 dalam Ramadania, 2002, p. 46)
menyatakan bahwa pelanggan yang puas tetapi tidak loyal tergolong kepada defectors.
Swastha (1999, p. 77), menyatakan bahwa loyalitas berkembang mengikuti tiga
tahap, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kepuasan dianggap sebagai factor pendorong
munculnya loyalitas afektif (masih mudah untuk berubah). Namun demikian masih
belum menjamin adanya loyalitas, sehingga diperkirakan adanya dimensi konatif
dalam munculnya loyalitas. Pada tahap konatif diperlukan adanya rasa percaya,
dengan demikian kepuasan tidak cukup menjadikan seorang loyal tanpa disertai
rasa percaya. Morgan dan Hunt (1994, p. 20) menerangkan bahwa rasa percaya (trust)
memegang perantara kunci dalam membangun keberhasilan pertukaran hubungan untuk
pelanggan dengan orientasi hubungan yang tinggi terhadap perusahaan. Lebih
lanjut, Garbarino dan Johnson (1999, p. 72) juga menemukan bahwa bagi pelanggan
tetap, rasa percaya merupakan perantara utama dalam mempengaruhi niat
berperilaku dibandingkan dengan kepuasan keseluruhan.
KASUS
YANG DIANGKAT
PT.
Sidomuncul yang dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri
jamu dan farmasi dengan visi memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan,
akhir tahun ini mencanangkan program Corporate Social Responsibility (CSR)
operasi katarak gratis bagi penderita katarak untuk masyarakat yang tidak mampu
di seluruh Indonesia melalui Rumah Sakit (RS), bekerjasama dengan Persatuan
Dokter Mata Indonesia (PERDAMI) dan Gerakan Mata Hati.
Program
CSR operasi katarak yang dilakukan Sidomuncul, melalui produk Tolak Angin dan
Kuku Bima Energi di mulai dengan memberikan bantuan operasi katarak gratis pada
Jumat, (10/12) di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang.
Dengan
adanya program operasi gratis bagi penderita katarak yang dilakukan oleh PT.
Sidomuncul diharapkan para penderita katarak mengerti bahwa untuk mengobati dan
menyembuhkan penyakit katarak cara yang benar adalah melalui operasi, sehingga
para penderita bisa disembuhkan dengan cepat. Selain itu harapannya agar dapat
menghimbau orang lain untuk membantu para penderita katarak melalui Gerakan
Mata Hati atau Yayasan apapun yang memberikan operasi gratis dan mendorong para
penderita katarak bisa hidup mandiri.
Bantuan
operasi katarak gratis bagi warga tidak mampu dari Tolak Angin dan Kuku Bima
Energi PT. Sido Muncul di RS. Panti Wilasa dihadiri oleh dr. Susetyo, Sp. A
mewakili Direktur RS. Panti Wilasa Semarang, Ketua Perdami Pusat dan Dirut PT.
Sido Muncul Irwan Hidayat serta walikota Semarang Drs. Soemarmo Hadi Saputro
M.Si.
Rasa percaya
dalam hubungan kerjasama mempunyai pengertian sebagai keyakinan perusahaan,
bahwa pihak partner akan melakukan tindakan yang membawa perusahaan pada suatu
keuntungan tertentu, dan sebaliknya bukan malah melakukan perbuatan yang
merugikan perusahaan (Anderson dan Narus, 1990, p. 45). Dari pernyataan diatas
dapat diartikan bahwa pihak-pihak yang melakukan kerjasama menginginkan mitra
kerja yang dapat dipercaya. Anderson dan Weitz (1989) dalam Doney dan Cannon
(1997, p. 40) menemukan bahwa rasa percaya pada perusahaan mampu membentuk
suatu hubungan kerjasama yang baik antara pelanggan dan perusahaan serta
merupakan kunci untuk mempertahankan hubungan kerjasama tersebut.
Rasa percaya
muncul saat salah satu pihak memiliki keyakinan, keandalan dan integritas
kerjasama dengan partner hubungan (Morgan dan Hunt, 1994, p. 23). Sedangkan
menurut Anderson dan Narus (1990, p.45), rasa percaya adalah keinginan untuk
bergantung pada partner kerjasama yang telah diyakini. Rasa percaya juga
berarti harapan bahwa perkataan masing-masing pihak dapat dipercaya (Moorman
etal., 1993, p. 82).
.
ANALISIS
A. Sejarah PT SIDO MUNCUL
Nama
Perusahaan : PT. Sido Muncul
Presiden
Direktur : Irwan Hidayat
Lokasi:
Ungaran, Semarang – Jawa Tengah
PT. Sido Muncul adalah pabrik jamu tradisional yang
berdiri pada tahun 1940 di Yogyakarta yang
dikelola
oleh Ny. Rahkmat Sulistio. Pada awalnya PT. Sido Muncul adalah industri rumahan
yang secara perlahan
berkembang menjadi perusahaan besar, terkenal secara nasional dan go
internasional.
1.
Sejarah
Pada tahun 1951, keluarga Ny. Rahkmat Sulistio
pindah ke Semarang, dan di sana mereka mendirikan pabrik
jamu secara sederhana namun produknya diterima masyarakat secara luas. Karena
semakin bersarnya usaha keluarga ini, maka
modernisasi pabrik juga merupakan suatu hal yang mendesak dan perlu direalisasikan. Pada 1984, PT. Sido Muncul memulai
modernisasi pabriknya, dengan merelokasi pabrik sederhananya ke pabrik yang representatrif
dengan mesin-mesin modern. Pada
11 November 2000, PT Sido Muncul kembali meresmikan pabrik baru di Ungaran yang
lebih luas dan
modern. Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan waktu itu, dan pada saat itu
pula PT. Sido Muncul
memperoleh 2 penghargaan
sekaligus, yakni Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat inilah yang
menjadikan
PT. SidoMuncul sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi
pabrik sendiri terdiri
dari bangunan pabrik seluas 7 hektar di Daerah Ungaran, Semarang. lahan
Agrowisata 15 hektar, dan
sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
2. Logo
Logo Jamu Sido Muncul
yang berupa ibu dan anaknya adalah gambar Ny. Rahkmat Sulistio, pendiri Jamu Sido Muncul beserta cucunya, Irwan
Hidayat, saat itu berusia 4 tahun. Irwan Hidayat sejak tahun 1972 sampai sekarang adalah Presiden
Direktur PT Sido Muncul.
Usaha
Jamu Tradisional Perusahaan Jamu Tradisional Standar Farmasi
3. Strategi
Terapan Strategi:
Strategi
3P yaitu Product, Promotion, Price (produk berkualitas, promosi gencar dan
harga bersaing), terbukti
menjadi kunci keberhasilan PT Sido Muncul dalam pemasaran dan penjualan produk
Kuku Bima TL.
Dan sukses tersebut juga tercermin dengan kembali diraihnya penghargaan IBBA
(Indonesian Best Brand
Award) 2004 untuk kategori “Man Sexual Enhancer”. Bahkan penghargaan itu
merupakan yang ketiga
kalinya secara berturut-turut (hattrick) diraih oleh Kuku Bima TL. Irwan Hidayat, Presiden Direktur PT
Sido Muncul, di Jakarta, Senin (26/7) menyatakan, penghargaan itu didasarkan atas sejumlah kriteria
penilaian meliputi brand awareness, market share, loyalitas konsumen dan harga. Hasilnya, Kuku Bima TL
mampu mendulang sukses.
B. CSR dan SIDO MUNCUL
Sebagai bagian
darimanajemen relasi pelanggan (CRM-customer relationship management),
CSR memiliki tujuan menghasilkan ekuitas pelanggan (customer equity)
yang tinggi, semakin setia pelanggan semakin tinggi ekuitas pelanggan(Kottler,
2009). The World
Business Council for Sustainable Development (WBCSD),
mendefinisikan CSR sebagai sebuah komitmen bisnis yang
memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi berkelanjutan,
melalui kerja sama dengan para karyawan dan perwakilan
mereka, keluarga mereka, baik masyarakat setempat maupun
umum, untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara-cara yang bermanfaat, baik
bagi bisnis itu sendiri maupun pembangunan (Jamali dalam Hidayati, 2008). Aktivitas
CSR yang digolongkan ke dalam dua dimensi pendekatan, yaitu
internal dan eksternal ini [The Commission of the European Communities (2001) dalam
Jones et al(2006)] harus diimplementasikan mencakup tiga bidang, yang
dikenal sebagai triplebottom line, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan
[Elkington (1999) dalam Jamali (2006)]. Sementara itu, Lantos (2001) dalam
Wan-Jan (2006) dalam Hidayati (2008) membagi CSR menjadi 3 kategori, yaitu:
1. ethical CSR, harapan kepada perusahaan untuk
bertanggung jawab secara moral dalam rangka
mencegah kerugian dan kerusakan yang dapat dihasilkan oleh
aktivitas mereka. Kategori
CSR ini paling diharapkan dari semua perusahaan dan merupakan
syarat minimum yang
harus dipenuhi perusahaan.
2. altruistic CSR, bentuk kepedulianyang sungguh-sungguhdilakukan sebagai
sebuah
pengorbanan perusahaan.
3. strategic CSR, aktivitaskepedulian korporat
yang dilakukan untuk menyempurnakan tujuan
strategik bisnis perusahaan. Dari ketiga kategori yang
ada harus ditentukan mana yang
paling cocok diterapkan di sebuah perusahan, biasanya
tergantung pada kemampuan perusahaan dalam melakukan pembiayaan terhadap
program CSR yang akan dilakukannya.
Sedangkan Porter dan Kramer (2006) membagi CSR menjadi
dua kategori, yaitu:
1. Responsive CSR, terdiri dari dua elemen,
yaitu bertindak sebagai warga perusahaan yang baik, menyesuaikan perkembangan
perhatian sosial dari stakeholder, dan mengurangi keberadaan atau
mengantisipasi efek merugikan dari aktivitas bisnis.
2. Strategic CSR, bagi beberapa perusahaan,
strategi harus melebihi praktik terbaik. Hal ini
terkait dengan pemilihan posisi yang unik (melakukan
sesuatu
yang berbeda dari pesaing dengan cara meminimalisir
biaya atau melayani dengan lebih baik terhadap kebutuhan konsumen). Prinsip ini
diaplikasikan pada hubungan perusahaan dengan masyarakat sebagaimana yang
terjadi pada hubungan perusahaan dengan konsumen atau pesaing. Strategic CSR
mengubah aktivitas rantai nilai perusahaan menjadi manfaat bagi masyarakat
sekaligus memperkuat strategi perusahaan. Strategic CSR melibatkan dimensi
inside-out dan outside-in. Inside-out, perusahaan mempengaruhi
masyarakat melalui aktivitas operasi bisnis mereka. Sedangkan
outside-in, kondisi eksternal/sosial mempengaruhi perusahaan, baik itu
pengaruh positif maupun negatif. Lebih
luas dan mendasar, perusahaan harus berperilaku mengarah
pada etika serta berkontribusi terhadap kehidupan yang
layak bagi masyarakat,
sehingga diharapkan
perusahaan dapat meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif dari kehadiran CSR
(Kiroyan, 2006).
Inilah salah satu yang mendorong PT SIDO MUNCUL untuk
melakukan program CSR, seperti program CSR operasi katarak yang dilakukan Sidomuncul,
melalui produk Tolak Angin dan Kuku Bima Energi di mulai dengan memberikan
bantuan operasi katarak gratis pada Jumat, (10/12) di RS. Panti Wilasa Citarum
Semarang.
Seperti
yang dijelaskan Dirut PT. Sido Muncul Irwan Hidayat, “Operasi katarak gratis
bantuan dari PT. Sidomuncul akan diawali hari ini di RS Panti Wilasa dan
program tersebut akan dilaksanakan sampai dengan akhir tahun 2011 dengan target
± 5000 operasi katarak bagi warga kurang mampu di Indonesia”
Dengan
adanya program operasi gratis bagi penderita katarak yang dilakukan oleh PT.
Sidomuncul diharapkan para penderita katarak mengerti bahwa untuk mengobati dan
menyembuhkan penyakit katarak cara yang benar adalah melalui operasi, sehingga
para penderita bisa disembuhkan dengan cepat. Selain itu harapannya agar dapat
menghimbau orang lain untuk membantu para penderita katarak melalui Gerakan
Mata Hati atau Yayasan apapun yang memberikan operasi gratis dan mendorong para
penderita katarak bisa hidup mandiri.
Bantuan
operasi katarak gratis bagi warga tidak mampu dari Tolak Angin dan Kuku Bima
Energi PT. Sido Muncul di RS. Panti Wilasa dihadiri oleh dr. Susetyo, Sp. A
mewakili Direktur RS. Panti Wilasa Semarang, Ketua Perdami Pusat dan Dirut PT.
Sido Muncul Irwan Hidayat serta walikota Semarang Drs. Soemarmo Hadi Saputro
M.Si.
Acara
ini ditandai dengan penyerahan bantuan secara simbolis oleh Dirut PT Sidomuncul
kepada Dirut RS. Panti Wilasa yang diwakili oleh dr. Susetyo, Sp. A.
dilanjutkan dengan pemberian pengarahan pra dan pasca operasi untuk peserta
operasi katarak oleh dr. Kentar Arimadya S, Sp.M setelah itu dilakukan
peninjauan.
Operasi
katarak gratis bantuan dari PT. SidoMuncul di RS Panti Wilasa rencananya akan
mengoperasi 220 pasien selama 3 hari pada 10 -12 Desember 2010.
Sidomuncul
yang dikenal dengan produk-produknya yaitu Tolak Angin, Kuku Bima Energi, Kuku
Bima Kopi Ginseng dan Kopi Jahe Sidomuncul, tahun ini banyak mendapatkan
penghargaan yaitu Top Brand, Indonesian Best Brand Award (IBBA), Indonesian
Customer Satisfaction Award (ICSA), Word of Mouth Marketing (WOMM) Award,
Indonesia Original Brands 2010, The Indonesia’s Most Admired Companies (IMAC)
2010, Indonesia’s Most Favorite Woman Brand 2010, Indonesia’s Most Favorite
Netizen Brand 2010, Rekor Bisnis (ReBi), Marketing Award, Penghargaan dari
Menteri Perhubungan RI atas penyelenggaraan Mudik Gratis, Manggala Karya Bakti
Husada Arutala dari Menteri Kesehatan RI dan Economic Challenges Award.
Setelah
ditandatanganinya perjajian kerjasama antara Kodam III/Siliwangi dan Sidomuncul
pada 13 April lalu mengenai bakti sosial operasi katarak untuk 1.000 pasien
penderita buta katarak yang kegiatannya telah dilaksanakan di RS Sariningsih
Bandung, RS Kencana Serang, dan RS Guntur Garut, Jumat, (25/5) bertempat di RS
Dustira Cimahi, Kodam III/Siliwangi, Perdami cabang Jawa Barat dan Sidomuncul
kembali memberikan bantuan operasi katarak bagi 123 pasien di wilayah Cimahi
dan sekitarnya.
Kerjasama
KODAM III/Siliwangi bersama Sidomuncul untuk baksos operasi katarak 1.000
pasien sampai saat ini yang telah di operasi sebanyak 352 orang. Pelaksanaan
operasi akan dilakukan di enam RS Tentara yaitu RS Sari Ningsih Bandung, RS
Guntur Garut, RS Kencana Serang, RS Dustira Cimahi, RS Salak Bogor, dan RS
Ciremai Cimahi.
Bersamaan
dengan penyelenggaraan operasi katarak di RS Dustira Cimahi, Sidomuncul dan
Kodam III/Siliwangi berkomitmen memberikan bantuan pengobatan/operasi
pembentukan anus kepada dua orang pasien atas nama Rahma dan Desiani. Keduanya
akan di operasi di RS Dustira Cimahi.
Selain
dengan Kodam III/Siliwangi, kegiatan baksos operasi katarak Sidomuncul bersama
Perdami telah mendapatkan dukungan dari banyak pihak untuk mensukseskan
kegiatan tersebut diantaranya adalah Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
(PDT), Kementerian Kesehatan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU),
Universitas Diponegoro, Fakultas Tehnik Universitas Indonesia, Universitas
YARSI, Pemda Tk. I & II di Indonesia, Media Cetak & Elektronik, Yayasan
Kick Andy, Pelindo, RSCM Kirana, Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Ikatan
Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Kodam IV/Diponegoro, Persatuan Pensiunan
Angkatan Laut (PPAL), POLRI, POLDA Metro Jaya, POLDA Batam, Rumah Sakit, Klinik
Mata, dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Baksos
operasi katarak ini merupakan program CSR yang dilakukan oleh Sidomuncul sejak
tahun 2011 untuk 6.000 pasien. Tahun ini Sidomuncul bersama Perdami melanjutkan
kerjasamanya dengan memberikan bantuan operasi katarak untuk 12.000 pasien
penderita buta katarak di Indonesia.
Bantuan
operasi katarak untuk 12.000 orang telah dilakukan sejak awal tahun dibeberapa
Rumah Sakit dan Klinik Mata yaitu Klinik Darma Usada Netral Pelabuhan Ratu,
Puskesmas Mantingan Kab. Ngawi, Puskesmas Mojo Agung Jombang, BKMM Cilacap,
Polda Metro Jaya Jakarta, RS Mata Undaan Surabaya, Klinik Mata Tritya Surabaya,
RSU Wakatobi, RSUD. M. Zein Painan Kab. Pesisir Selatan, RS. Patar Asih Lubuk Pakan
Deli Serdang, RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, RS. Suradji Tirtonegoro Klaten, RSUD
Sidoarjo, RSU Patmasuri, Klinik DR. Hasri Ainun Bogor, RS. Puri Husada Sleman,
BKMM Cikampek, RSCM Kirana, RS Bhakti Wira Tamtama Semarang, RSU Tanjung Utara,
Lombok Utara, RS Sariningsih Bandung, RS Dhuafa Musirawas, RSUD Pringsewu
Lampung, RS Sariningsih Bandung, RS Kencana Serang, RS Guntur Garut, RS RSUD
Kab. Sampang, RS Cantia Pinaesaan Tompaso Baru Minahasa Selatan, dan RSUD
Lampung Tengah.
Jumlah
pasien yang telah dioperasi pada tahun 2012 sejauh ini sebanyak 4.389 orang.
Total jumlah pasien yang telah di operasi kerjasama Sidomuncul bersama Perdami
sejak tahun 2011 sampai saat ini adalah 10.389 pasien.
Bantuan
ini adalah bagian dari kegiatan Gerakan Penanggulangan Buta Katarak di
Indonesia atas pencanangan gerakan penanggulangan buta katarak yg dimotori oleh
Sidomuncul bersama PERDAMI.
Tahun
lalu baksos operasi katarak untuk 6.000, kerjasama yang dilakukan SidoMuncul
bersama PERDAMI telah dilakukan di 21 provinsi, 77 kota melalui 130 Rumah
Sakit. Daerah yang telah dibantu adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Sumatera Barat, Batam (Kepulauan Riau), Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jabar,
Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTT, Maluku, Sulawesi Selatan, Kalsel, Kaltim, dan
Kalbar
Secara
terpisah Direktur Utama PT Sidomuncul Irwan Hidayat mengatakan senang bisa
melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam baksos ini. Tanpa bantuan dari
pihak lain tentunya program ini tidak dapat berjalan dengan baik. « Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama
ini. Semoga kedepannya akan semakin banyak pihak yang peduli terhadap masalah
buta katarak di Indonesia ».
Program
CSR operasi katarak gratis yang dilakukan oleh Sidomuncul pada tahun 2011 telah
mendapatkan pengakuan dari Enterprise Asia dengan diterimanya “Asia Responsible
Entrepreneurship Award 2011”, atas program CSR Katarak yang diserahkan di
Roselle, Marina Bay Sand, Singapore.
Penghargaan
lain juga diterima oleh Direktur Utama PT Sidomuncul Irwan Hidayat, pada saat
peringatan Cap Go Meh 2012 di Jakarta Expo PRJ Kemayoran yaitu “Apresiasi CSR
Sejahtera Indonesia 2012” kategori kesehatan, dengan disaksikan oleh Presiden
RI Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wapres RI Boediono. Penghargaan ini merupakan
bentuk apresiasi kepada tokoh tionghoa yang telah memberikan inspirasi dalam
pelaksanaan CSR di Indonesia. Selain itu juga mendapatkan La Tofi Award “The
Indonesian Most Committed CEO for CSR Award 2012” dari La Tofi School CSR.
108CSR.com
- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta kepada masyarakat untuk segera
melaporkan bila di sekitarnya ada warga yang menderita penyakit katarak. Karena
menurut Gubernur, Provinsi Jawa Barat kini sedang menggalakkan operasi katarak
gratis yang bekerjasama dengan pihak swasta.
"Untuk
program corporate social responsibility (CSR) tolak angin saja ada sekitar
seribu orang ditargetkan melakukan operasi katara gratis di Jawa Barat, belum
lagi CSR dari perusahaan dan juga program dari pemprov sendiri. Dari itulah,
masyarakat Jabar yang menderita katarak jangan sungkan untuk segera mendaftar
untuk dioperasi gratis," ujar Ahmad Heryawan usai melepas Jalan Sehat
Tolak Angin Anak SCTV, di Lapangan Tegallega, Bandung.
Gubernur
Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, Pemprov mendorong program yang dimiliki
pihak swasta yang mempunyai kepedulian seperti Tolak Angin, melakukan operasi
katarak gratis. Bahkan Pemprov sendiri memiliki program yang sama, dengan
demikian semakin banyak pengidap katarak yang bisa diobati.
"Saya
dorong program itu, bahkan kita juga punya program yang sama. Makanya tadi saya
bilang, provinsi bisa tambah, mau berapa 500 atau 1000 pasien katarak yang akan
dioperasi," katanya.
Ia
menyebutkan, sebenarnya provisi juga memiliki program-program yang sama dan
bekerjasama dengan bebrapa pihak swasta, seperti operasi bibir yang sudah
berkerjasama dengan RS Santosa. Diharapkan dengan adanya kerjasama dengan
swasta ini program-program Jabar bisa tersosialisasikan dan diketahui
masyarakat.
Menurutnya,
dengan demikian masyarakat bisa tergerak untuk melaporkan jika membutuhkan
bantuan pemerintah atau swasta. Dan Pemerintah bisa membantu masyarakat yang
tidak mempu untuk mengobatinya. "Target kita penyakit katarak itu nantinya
bisa terdeteksi. Karena banyak orang yang tidak terdeteksi seperti di
daerah-daerah, dan harapan kita semua itu bisa terdeteksi nantinya agar bisa
cepat-cepat diobati," katanya.
Sementara
itu, Group Product Manager Tolak Angin Sidomuncul Retno Widawati menyebutkan,
pihaknya memiliki program CSR berupa bantuan operasi katarak untuk 12.000
penderita katarak tidak mampu di seluruh Indonesia melalui Rumah Sakit.
"Pada 2011, kita sudah bekerjasama dengan Perdami telah melakukan operasi
katarak kepada 6.000 pasien," katanya saat ditemui di Lapangan Tegallega.
Ia
menyebutkan, gerakan pemberantasan buta katarak di Indonesia merupakan sebuah
respon dari PT Sidomuncul karena pemerintah belum mempunyai anggaran untuk
pemberantasan buta katarak. Dan pemerintah pun berterimakasih kepada pihak
swasta yang memiliki kepedulian untuk memberantas buta katarak. Pada 2012,
katanya, Sidomuncul menargetkan di Jawa Barat untuk melakukan operasi katarak
gratis sebanyak 1.000 orang. Semuanya basic on hospital atau bekerjasama dengan
beberapa RS, seperti di Bandung dengan RS Mata Cicendo.(jek/prc)
C.HUBUNGAN CSR DENGAN BRAND EQUITY
Asosiasi
pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai “ nama, istilah,
simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau penjual atau kelompok penjual dan untuk
mendefinisikannyadari barang atau jasa pesaing. Dengan demikian, sebuah merek
adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu
mendeferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan
kebutuhan yang sama (Kotler, 2009). Menurut Aaker (1992) merek yang kuat
memiliki 4 dimensi yaitu awareness, associations, perceived quality,
dan brand loyalty.
Kelangsungan
maupun kemapanan suatu merek ditentukan dari kemampuan merek itu untuk
membentuk suatu persepsi nilai yang tinggi di pasar
(Delgado dan Munuera, 2005). Penetapan merek mencakup segala aspek produk dan
jasa yang memiliki kekuatan merek dan segala sesuatu tentang penciptaan
perbedaan. Merek mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk
2. menawarkan perlindungan hukum yang kuat untuk fitur
atau aspek produk unik
3. menandakan tingkat mutu tertentu
4. kemempuan untuk diramalkan dan keamanan permintaan
dan menciptakan hambatan perusahaan lain memasuki pasar.
Membangun merek
yang kuat di pasar adalah tujuan dari setiap perusahaan maupun pemasar karena
hal ini akan memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan, termasuk
di dalamnya yaitu tidak akan mudah goyah akibat dari persaingan pasar yang
sangat kompetitif, marjin laba akan naik, pangsa pasar yang besar dan
kemungkinan untuk dapat melakukan usaha perluasan merek (Delgado dan Munuera,
2005). Merek yang prestisius adalah merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat
sehingga memiliki daya tarik yang kuat di mata konsumen (Durianto, Sugiarto,
Budiman, 2004). Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk
dan jasa. Nilai ini tercermin dari cara konsumen berfikir, merasa dan bertindak
terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimiliki
perusahaan. Ekuitas merek berbasis pelanggan adalah perbedaan dampak dari
pengetahuan merek pada tanggapan konsumen terhadap pemasaran merek itu.
(Kotler, 2009) Pemasar membangun ekuitas merek dengan menciptakan struktur
pengetahuan merek yang tepat dan konsumen yang tepat. Dari sudut pandang
manajemen pemasaran ada tiga perangkat utama pendorong ekuitas merek:
1. Pilihan awal atas unsur-unsur merek atau identitas
pembentuk merek,
2. produk dan layanan serta semua aktivitas pemasaran
yang menyertai program pemasaran yang mendukung,
3. asosiasi lain yang secara tidak langsung dialihkan
ke merek dengan mengaitkannya dengan beberapa entitas lain.
D.
HUBUNGAN ANTARA
CSR DAN LOYALITAS CITRA PERUSAHAAN
Menutut
Susanto (2007:28), perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara
konsisten akan mendapatkan dukungan yang luas dari komunitas yang merasakan
manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan meningkatkan citra
perusahaan dan dalam waktu yang panjang akan terakumulasi menjadi reputasi
perusahaan. Menurut survey yang dilakukan oleh Environics International (Toronto)
, Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader
Forum (London) dalam Dewi (2005), bahwa 60% dari 25.000 responden di 23
negara berpendapat bahwa tanggung jawab social perusahaan merupakan salah satu
faktor pembentuk citra baik perusahaan. Labih lanjut, responden selaku konsumen
perusahaan bersikap terhadap perusahaan yang tidak menjalankan CSR adalah ingin
“menghukum” (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan
perusahaan
tersebut. Survey tersebut cukup menjelaskan bahwa implementasi CSR akan
membentuk
opini masyarakat berupa citra terhadap perusahaan. Akumulasi daricitra
perusahaan akan membentuk reputasi yang sangat bermakna bagi perusahaan. Bukan
saja bermanfaat dalam hubungan dengan para pelanggannya, tetapi juga dengan stakeholder
yang lain.
Griffin (2003 ; 113),
memberikan pengertian loyalitas : When a customer is loyal, he or she
exhibits purchase behavior defined as non-random purchase expressed over time
by some decision-making un\it. Dan pentingnya untuk meningkatkan first-time
customer menjadi lifetime buyer adalah :
· Penjualan akan meningkat karena konsumen akan membeli lebih dari Anda.
· Akan menguatkan posisi Anda di pasar jika konsumen membeli dari Anda dan bukan dari kompetitor.
· Biaya pemasaran akan turun karena Anda tidak harus menggunakan uang lebih banyak untuk menarik konsumen karena Anda telah mengenalnya. Demikian juga konsumen yang puas akan menceritakan ke temannya sehingga akan mengurangi biaya iklan.
· Anda akan dapat mengisolasi dari kompetensi harga karena konsumen yang loyal tidak gampang terpengaruh oleh discount dari pesaing.
· Akhirnya konsumen yang puas akan senang untuk mencoba produk anda yang lainnya, sehingga membantu Anda untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih luas.
Indikator dari loyalitas
pelanggan menurut Kotler & Keller (2006 ; 57) adalah Repeat Purchase
(kesetiaan terhadap pembelian produk); Retention (Ketahanan terhadap pengaruh
yang negatif mengenai perusahaan); referalls (mereferensikan secara total
esistensi perusahaan).
Selanjutnya Griffin (2003 ;
223) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila
memiliki pelanggan yang loyal antara lain :
1. Mengurangi biaya pemasaran (karena biay\a untuk menarik pelangan baru lebih mahal).
2. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, dll).
3. Mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih sedikit).
4. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan.
5. Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.
6. Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya pergantian, dll).
Ciri-ciri Pelanggan yang Loyal
· Makes regular repeat purchase (melakukan pembelian ulang secara teratur)
· Purchases across product and service lines (melakukan pembelian lini produk yang lainnya dari perusahaan Anda)
· Refers others; and (memberikan referensi pada orang lain)
· Demonstrates in immunity to the pull of the competition (menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing/ tidak mudah terpengaruh oleh bujukan pesaing)
Peningkatan Loyalitas Pelanggan
Untuk dapat menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus memulai beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda. Dengan memperhatikan masing-masing tahapan dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi pelanggan loyal dan klien perusahaan. Hill (1996 ;332) menjelaskan bahwa tingkatan loyal terbagi atas 6 tingkat, yaitu :
· Suspect
Bagian ini termasuk semua pembeli produk atau jasa dalam pemasaran, jadi suspects adalah menyadari akan produk atau jasa perusahaan atau tidak mempunyai kecenderungan terhadap pembelian.
· Prospects
Prospects adalah pelanggan potensial yang mempunyai daya tarik terhadap perusahaan tetapi belum mengambil langkah untuk melakukan bisnis dengan perusahaan.
· Customers
Suatu tipe pembelian produk (walaupun dalam kategori ini termasuk beberapa pembelian ulang) yang tidak memiliki loyalitas pada perusahaan.
· Clients
Pembelian ulang yang menunjukkan loyalitas pada perusahaan tetapi lebih memiliki dorongan pasif daripada aktif terhadap perusahaan.
· Advocates
Client yang memberikan dorongan yang positif pada perusahaan dengan merekomendasikannya kepada orang lain.
· Partners
Partners adalah hubungan yang sangat erat antara konsumen dengan supplier yang keduanya saling memperlihatkan keuntungan.
Hill (1996) membagi tahapan
loyalitas pelanggan menjadi 6 tahap dari tingkat suspects hingga tahap partner,
untuk lebih jelasnya lagi di bawah ini digambarkan mengenai piramida tentang
loyalitas pelanggan.
The Profit Generator System
1) Suspects
Adalah semua orang yang mungkin akan membeli produk atau jasa perusahaan. Kita menyebutnya sepagai suspects karena yakin bahwa mereka akan membeli tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barang/ jasa yang ditawarkan.
2) Prospects
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Para prospects ini meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah menyatakan keberadaan perusahaan, barang dan jasa yang ditawarkan karena seseorang telah merekomendasikan barang/ jasa tersebut padanya.
3) Disqualified Prospect
Yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan barang/ jasa terentu, tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan barang/ jasa tersebut atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang/ jasa tersebut.
4) First Time Customer
Yaitu pelanggan yang membeli untuk yang pertama kalinya, mereka masih menjadi pelanggan yang baru.
5) Repeat Customers
Yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak 2 kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak 2 kali atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam 2 kesempatan yang berbeda pula.
6) Clients
Membeli semua barang/ jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan, mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan pesaing produk lain.
7) Advocates
Seperti layaknya klien, advocates membeli seluruh barang/ jasa yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur sebagai tambahan mereka mendorong teman-teman mereka yang lain agar membeli barang/ jasa tersebut. Ia membicarakan tentang barang/ jasa tersebut, melakukan pemasaran untuk perusahaan tersebut dan membawa pelanggan untuk perusahaan tersebut.
Cara Kerja Profit Generator Sistem Sebagai berikut :
Perusahaan memasukkan seluruh suspects ke dalam sistem pemasarannya dan para suspects ini kemudian akan tersaring menjadi qualified prospects dan disqualified prospects.
Disqualified prospects ini dikeluarkan dari system, sementara para qualified prospects dimasukkan ke proses selanjutnya. Semakin cepat menentukan disqualified prospects, semakin menguntungkan bagi perusahaan karena mereka hanya akan menghabiskan uang dan waktu saja.
1) Suspects
Adalah semua orang yang mungkin akan membeli produk atau jasa perusahaan. Kita menyebutnya sepagai suspects karena yakin bahwa mereka akan membeli tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barang/ jasa yang ditawarkan.
2) Prospects
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Para prospects ini meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah menyatakan keberadaan perusahaan, barang dan jasa yang ditawarkan karena seseorang telah merekomendasikan barang/ jasa tersebut padanya.
3) Disqualified Prospect
Yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan barang/ jasa terentu, tetapi tidak mempunyai kebutuhan akan barang/ jasa tersebut atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang/ jasa tersebut.
4) First Time Customer
Yaitu pelanggan yang membeli untuk yang pertama kalinya, mereka masih menjadi pelanggan yang baru.
5) Repeat Customers
Yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak 2 kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak 2 kali atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam 2 kesempatan yang berbeda pula.
6) Clients
Membeli semua barang/ jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan, mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan pesaing produk lain.
7) Advocates
Seperti layaknya klien, advocates membeli seluruh barang/ jasa yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur sebagai tambahan mereka mendorong teman-teman mereka yang lain agar membeli barang/ jasa tersebut. Ia membicarakan tentang barang/ jasa tersebut, melakukan pemasaran untuk perusahaan tersebut dan membawa pelanggan untuk perusahaan tersebut.
Cara Kerja Profit Generator Sistem Sebagai berikut :
Perusahaan memasukkan seluruh suspects ke dalam sistem pemasarannya dan para suspects ini kemudian akan tersaring menjadi qualified prospects dan disqualified prospects.
Disqualified prospects ini dikeluarkan dari system, sementara para qualified prospects dimasukkan ke proses selanjutnya. Semakin cepat menentukan disqualified prospects, semakin menguntungkan bagi perusahaan karena mereka hanya akan menghabiskan uang dan waktu saja.
Para qualified prospects
kemudian difokuskan untuk menjadi first time buyers, setelah mereka didorong
untuk menjadi repeat customers dan selanjutnya loyal client dan yang paling
akhir dan yang menjadi tujuan dari kegiatan ini yaitu menjadikan mereka sebagai
advocates bagi perusahaan. Para advocates ini akan mendatangkan profit bagi
perusahaan, karena selain mereka telah menjadi pelanggan setia perusahaan,
mereka juga akan mempengaruhi orang lain agar membeli produk dari perusahaan.
Masih dalam gambar di atas
tersebut adanya inactive customer clients. Mereka adalah orang-orang yang telah
menjadi first time buyers atau repeat customers atau client yang tidak kembali
lagi. Hal ini harus diperhitungkan karena dalam setiap tahap perusahaan akan
kehilangan sebagian dari mereka dan berarti kerugian pula bagi perusahaan.
Empat jenis kualitas berdasarkan tingkat pembelian ketertarikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1) No loyalty
Konsumen yang tingkat pengulangan pembeliannya rendah, dan tingkat ketertarikan rendah.
2) Inertia Loyalty
Yaitu konsumen yang tingkat pengulangan pembeliannya tinggi, namun sebenarnya tingkat ketertarikan terhadap produk rendah. Hal ini disebabkan pembelian yang hanya mempertimbangkan mudahnya saja. Misalnya pembelian bensin, karena jalurnya dilewati.
3) Latent Loyalty
Yaitu sikap relatif terhadap produk/ jasa tinggi tetapi pengulangan pembelian rendah. Jika konsumen pada kondisi latent loyalty maka faktor situasi lebih menentukan dibanding sikap dalam pembelian ulang. Misalnya seorang istri senang makan Chinese food direstoran tetangga, sementara suaminya lebih senang ke oriental food. Dengan mengetahui faktor situasi yang dapat memberikan kontribusi kepada latent loyalty maka perusahaan dapat menerapkan strategi untuk menariknya. Misalnya restoran Chinese food mempertimbangkan, menambahkan beberapa menu oriental food.
4) Premium loyalty
Yaitu tingkat loyalitas yang paling tinggi, dimana sikap relatif tinggi dan membeli ulang cukup tinggi. Biasanya orang yang loyalitasnya seperti ini merasa bangga dan mau untuk menceritakan pengalamannya dengan teman-temannya, keluarga dan orang lain. Konsumen ini akan menjadi vocal advocates untuk produk/ jasa dan secara konstan mereferensi ke orang lain. http://marketing-teori.blogspot.com/2007/04/loyalitas-pelanggan.html
Empat jenis kualitas berdasarkan tingkat pembelian ketertarikan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
1) No loyalty
Konsumen yang tingkat pengulangan pembeliannya rendah, dan tingkat ketertarikan rendah.
2) Inertia Loyalty
Yaitu konsumen yang tingkat pengulangan pembeliannya tinggi, namun sebenarnya tingkat ketertarikan terhadap produk rendah. Hal ini disebabkan pembelian yang hanya mempertimbangkan mudahnya saja. Misalnya pembelian bensin, karena jalurnya dilewati.
3) Latent Loyalty
Yaitu sikap relatif terhadap produk/ jasa tinggi tetapi pengulangan pembelian rendah. Jika konsumen pada kondisi latent loyalty maka faktor situasi lebih menentukan dibanding sikap dalam pembelian ulang. Misalnya seorang istri senang makan Chinese food direstoran tetangga, sementara suaminya lebih senang ke oriental food. Dengan mengetahui faktor situasi yang dapat memberikan kontribusi kepada latent loyalty maka perusahaan dapat menerapkan strategi untuk menariknya. Misalnya restoran Chinese food mempertimbangkan, menambahkan beberapa menu oriental food.
4) Premium loyalty
Yaitu tingkat loyalitas yang paling tinggi, dimana sikap relatif tinggi dan membeli ulang cukup tinggi. Biasanya orang yang loyalitasnya seperti ini merasa bangga dan mau untuk menceritakan pengalamannya dengan teman-temannya, keluarga dan orang lain. Konsumen ini akan menjadi vocal advocates untuk produk/ jasa dan secara konstan mereferensi ke orang lain. http://marketing-teori.blogspot.com/2007/04/loyalitas-pelanggan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar