Sabtu, 13 September 2014

Dasar-dasar Perilaku Individu

BAB I
PENDAHULUAN

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.
Perilaku manusia adalah suatu fungsi dan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu membawa kedalam tatanan organisasi, kemampuan, kepercayaan, pribadi, penghargaan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.
Organisasi yang juga merupakan suatu lingkungan bagi individu mempunyai karaktristik yang dimiliki organisasi. Antara peraturan yang yang di wujudkan dalam susunan hirarki pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, dan tanggungjawab, sistem penagihan (reaward sistem), sistem pengendalian dan sebagainya. Jikalau karakteristik orarganisasi maka akan terwujyud peerilaku individu dalam organisasi.
Intelegensi adalah salah satu karakteristik yang dibawa serta orang ketika mereka bergabung dalam suatu organisasi. Dalam bagian ini akan dilihat bagaimana karakteristik biografis (seperti gender dan usia) dan kemampuan (yang mencakup intelegensi) mempengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan. Selanjutnya juga akan dibahas bagaimana orang mempelajari perilaku dan apa yang dapat dilakukan manajemen untuk membentuk perilaku-perilaku ini.



BAB II
PEMBAHASAN

Dasar-dasar Perilaku Individu
1.        Karakteristik Biografis
Karakteristik Biografis adalah karakteristik pribadi –seperti misalnya umur, jenis kelamin, dan status kawin– yang objektif dan mudah diperoleh dari rekaman pribadi.
  1. Usia
Hubungan  antara usia dan kinerja merupakan isu yang penting. Hal ini dikarenakan  adanya keyakinan bahwa kinerja akan merosot dengan meningkatnya usia. Pengaruh usia terhadap kinerja dapat dilihat pada pergantian karyawan, kemangkiran, produktifitas, dan kepuasan.
Semakin tua semakin kecil kemungkinan untuk berhenti dari pekerjaan. Itulah kesimpulan yang seringkali ditarik berdasarkan studi mengenai hubungan antara usia dengan pergantian karyawan. Kesimpulan ini tidak terlalu mengherankan karena dengan makin tua nya para pekerja, makin sedikit kesempatan pekerjaan alternative mereka disamping itu pekerja yang lebih tua kecil kemungkinan akan berhenti karena masa kerja mereka yang lebih panjang cenderung memberikan kepada mereka tingkat upah yang lebih tinggi, liburan berupah yang lebih panjang dan tunjangan pensiun yang lebih menarik.
Usia juga memiliki hubungan dengan kemangkiran karyawan.  Umumnya karyawan yang berusia tua mempunyai tingkat absensi yang dapat dihindari yang lebih rendah daripada karyawan usia muda. Tetapi, mereka mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari absensi yang tak terhindari. Hal ini disebabkan oleh kesehatan yang lebih buruk yang dikaitkan dengan penuaan dan kurun waktu pemulihan yang lebih panjang yang diperlukan pekerja tua bila cidera.
Selanjutnya pengaruh usia terhadap prduktifitas adalah adanya keyakinan bahwa produktifitas akan merosot dengan makin tuanya seseorang.
Dan terakhir adalah hubungan antara usia dan kepuasan kerja. Berbagai studi menyatakan bahwa kepuasan cenderung terus menerus meningkat diantara para professional dengan bertambahnya usia mereka, sedangkan diantara non professional kepuasan itu merosot selama usia setengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun tahun yang lebih belakangan.
  1. Jenis Kelamin
Pada bagian ini akan dibahas isu-isu mengenai apakah kinerja wanita sama dengan pria pada pekerjaan-pekerjaan. Studi-studi psikologis telah menjumpai bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi otoritas, dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinan daripada wanita dalam memiliki pengharapan ( eksektasi ) sukses. Dalam hal absensi dan tingkat pergantian juga dijumpai bahwa wanita mempunyai tingkat keluar  dan tingkat absensi yang lebih tinggi daripada pria. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab rumah tangga dan keluarga pada wanita.
  1. Status Kawin
Berdasarkan riset yang konsisten menunjukan bahwa karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah dan lebih puas dengan pekerjaan mereka daripada rekan sekerjanya yang bujangan.
Perkawinan memaksakan tanggung jawab yang meningkat yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap ( steady ) lebih berharga dan penting.  Karyawan yang tekun dan luas lebih besar kemungkinannya adalah karyawan yang menikah.


  1. Banyaknya Tanggungan
Bukti yang kuat menyatakan bahwa banyaknya anak yang dipunyai oleh seorang karyawan mempunyai korelasi yang positif dengan absensi, terutama diantara wanita.
  1. Masa Kerja
Karakteristik biografis yang terakhir adalah masa kerja. Telah dilakukan tinjauan ulang yang meluas terhadap hubungan senioritas – produktifitas. Tidak ada alasan untuk meyakini bahwa orang-orang yang telah lebih lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif ketimbang mereka yang senioritasnya rendah. Namun masa kerja berhubungan langsung dengan absensi dan pergantian. Secara konsisten studi-studi memperagakan bahwa senioritas berkaitan secara negatif terhadap kemangkiran. Masa kerja juga berhubungan negatif dengan pergantian karyawan dan berhubungan positif dengan kepuasan kerja.
2.        Kemampuan
Adalah kapasitas seorang indibidu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan (ability) merujuk ke suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan-kemampuan keselurahan dari seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor: kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
·      Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental.  Uji  IQ , misalnya, dirancang untuk memastikan kemampuan-kemampuan intelektual umum seseorang. Tujuh dimensi yang paling sering dikutip yang menyusun kemampuan intelektual adalah kemahiran berhitung, pemahaman, (comprehension) verbal, kecepatan perceptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang dan ingatan (memori).
Pekerjaan berbeda-beda dalam tuntutannya bagi pemangku pekerjaan itu untuk menggunakan kemampuan intelektual mereka. berbicara secara umum, makin banyak tuntutan pemrosesan informasi dalam suatu pekerjaan, makin banyak pekerjaan umum dan kemampuan verbal diperlukan untuk dapat melakukan pekerjaan itu dengan sukses.
Suatu tinjauan ulang yang seksama terhadap bukti memperlihatkan bahwa tes-tes yang menilai kemampuan verbal, numeris, ruang, dan perseptual merupakan peramal yang valid terhadap kemampuan pekerjaan pada semua tingkat pekerjaan. Jadi, tes yang mengukur dimensi kecerdasan yang khusus merupakan peramal yang kuat dari kinerja.
·                Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan ketrampilan serupa. Misalnya, pekerjaan yang keberhasilannya menuntut stamina, kecekatan tangan, kekuatan tungkai atau bakat-bakat serupa menuntut manajemen untuk mengenali kapabilitas fisik seorang karyawan.
·       Kesesuaian Pekerjaan – Kemampuan
Kemampuan intelektual atau fisik khusus yang diperlukan untuk kinerja yang memadai pada suatu pekerjaan, bergantung pada persyaratan kemampuan yang diminta dari pekerjaan itu. Misalnya, pilot pesawat terbang memerlukan kemampuan visualisasi ruang yang kuat; penjaga keselamatan pantai memerlukan visualisasi ruang yang kuat maupun koordinasi tubuh.
Jika para karyawan kekurangan kemampuan yang disyaratkan, kemungkinan besar mereka akan gagal.
Jika kesesuaian pekerjaan-kemampuan tidak sesuai karena karyawan itu mempunyai kemampuan yang jauh melampaui persyaratan dari pekerjaan itu kemungkinan besar kinerja akan memadai tetapi akan ada ketidak efisienan organisasional dan mungkin kemerosotan dalam kepuasan karyawan.

3.      Pembelajaran
a.                 Definisi pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan yang relative permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Dari definisi tersebut terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan:
·           Belajar melibatkan perubahan
Dari titik pandang organisasi perubahan ini bisa baik atau buruk. Orang dapat belajar perilaku-perilaku yang tidak menguntungkan (seperti: memendam prasangka) maupun perilaku yang menguntungkan.
·           Perubahan itu harus relative permanen
Perubahan sementara mungkin hanya bersifat refleksif dan gagal dalam mewakili pembelajaran apapun. Persyaratan ini mengenyampingkan perubahan perilaku yang disebabkan oleh kelelahan atau penyesuaian sementara.
·           Definisi mengenai perilaku
Belajar berlangsung dimana ada suatu perubahan tindakan. Suatu perubahan proses berpikir atau sikap seorang individu, jika tidak diiringi dengan perubahan perilaku maka bukan merupakan pembelajaran.
b.        Teori Pembelajaran
·           Pengkondisian Klasik
Yaitu suatu tipe pengkondisian dimana seorang individu menanggapi beberapa rangsangan yang tidak akan selalu menghasilkan respon yang sama. Pengkondisian klasik bersifat pasif, sesuatu terjadi dan kita bereaksi dengan cara yang khusus. Hal itu dihasilkan sebagai respon terhadap peristiwa khusus yang dapat dikenali.
Demikian itu dapat menjelaskan perilaku refleksif yang sederhana. Tetapi kebanyakan perilaku terutama perilaku rumit individu dalam organisasi dipancarkan bukan diperoleh (bersifat sukarela bukan refleks). Misalnya, para karyawan memilih sampai ditempat kerja pada waktunya karena atasan, meminta bantuan atasan ketika ada masalah, atau membuang waktu bila tidak ada orang yang mengamati.
·           Pengkondisian Operan
Yaitu suatu tipe pengkondisian dimana perilaku sukarela yang diinginkan menyebabkan suatu penghargaan atau mencegah suatu hukuman. Pengkondisian operan beragumen bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi. Perilaku ditentukan dari luar (dipelajari) bukannya dari dalam (refleksif atau tidak dipelajari). Orang belajar berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.
Menurut skinner, dengan menciptakan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan untuk mengikuti ragam perilaku khusus, maka frekuensi dari perilaku tersebut akan meningkat. Kebanyakan orang akan menunjukkan suatu perilaku yang diinginkan jika mereka diperkuat secara positif untuk melakukan hal tersebut. Misalnya, pemberian penghargaan untuk perilaku yang diingikan dan hukuman untuk perilaku yang tidak diinginkan.
Setiap situasi yang dinyatakan secara eksplisit atau disarankan secara implisit bahwa penguatan yang bersifat bergantung terhadap suatu tindakan, menggunakan pembelajaran operan. Misalnya, seorang salesman yang ingin memperoleh penghasilan dari komisi yang cukup besar mengetahui bahwa penghasilan itu bergantung pada penjualan yang tinggi dalam teritorinya.
·           Pembelajaran Sosial
Yaitu pandangan bahwa kita dapat belajar melalui pengamatan maupun pengalaman langsung. Teori pembelajaran sosial merupakan perpanjangan dari pengkondisian operan, yaitu teori yang mengandaikan perilaku sebagai suatu fungsi dari konsekuensi, observasional dan pentingnya persepsi dalam belajar.
Pengaruh model (orang tua, guru, teman sekerja, artis, atasan) menjadi titik pandang sentral dalam pembelajaran sosial. Terdapat empat proses untuk menentukan pengaruh suatu model pada seorang individu,  antara lain:
1.    Proses perhatian (attensional Procces)
Orang hanya belajar dari seorang model bila mereka mengenali dan menaruh perhatian pada perwajahannya yang menentukan. Kita sangat cenderung dipengaruhi oleh model-model yang menarik, berulang-ulang ada, penting bagi kita atau serupa dengan kita dalam perkiraan kita.
2.    Proses penahanan (retention procces)
Pengaruh suatu odel akan bergantung pada betapa baik individu mengingat tindakan model itu setelah model itu tidak ada lagi.
3.    Proses reproduksi motorik (motoric reproduction procces)
Setelah seseorang melihat suatu perilaku baru dengan mengamati model itu, pengalaman itu harus diubah menjadi perbuatan. Maka proses ini memperagakan bahwa individu tersebut dapat melakukan kegiatan model ini.
4.    Proses penguatan (reinforcement procces)
Setiap individu akan dimotivasi untuk memperlihatkan perilaku bermodel jika disediakan rangsangan positif (ganjaran). Perilaku-perilaku yang diperkuat akan lebih banyak mendapat perhatian, dipelajari dengan lebih baik, dan dilakukan dengan lebih sering.





Pembentukan: Suatu Alat Manajerial
Belajar berlangsung pada saat bekerja maupun sebelumnya, oleh karena itu para manajer peduli mengenai bagaimana mereka dapat mengajari para karyawan untuk berperilaku dalam cara-cara yang paling memberi manfaat kepada organisasi. Ketika kita mencoba untuk mencetak individu dengan memandu pembelajaran mereka dengan langkah-langkah bertahap, kita sedang melakukan pembentukan kepribadian (shaping behavior).
·      Metode-metode pembentukan perilaku
Ada empat cara dalam pembentukan perilaku, antra lain;
-         Melalui penguatan positif, yaitu bila suatu respon diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan. Misalnya: peberian pujian atas pekerjaan yang diselesaikan dengan baik.
-         Penguatan negatif, yaitu bila suatu respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan.
-         Hukuman, Penghukuman akan mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha untuk menyingkirkan suatu perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya: memberikan skors bagi pegawai yag bekerja dalam kondisi mabuk.
-         Pemunahan (Extinction), yaitu menyingkirkan penguatan apa saja yang memperlihatkan suatu perilaku. Bila suatu perilaku tidak diperkuat, maka lambat laun perilaku tersebut akan punah.
Dampak penguatan pada perilaku dalam organisasi, antara lain;
-         Beberapa tipe penguatan diperlukan untuk menghasilkan suatu perubahan perilaku,
-         Beberapa tipe ganjaran akan lebih efektif diguakan dalam organisasi dari pada dengan cara lain.
-         Kecepatan berlangsungnya proses belajar dan dampaknya yang permanen akan ditentukan oleh waktu (timing) dari penguatan.
·      Jadwal penguatan
Ada dua tipe jadwal penguatan yaitu
1.    Berkesinambungan (kontinu)
Suatu jadwal berkesinambungan memperkuat perilaku yang diinginkan tiap kali perilaku itu diperlihatkan.
2.    Terputus-putus (intermitten)
Suatu perilaku yang diinginkan diperkuat cukup sering untuk membuat perilaku itu berharga untuk diulang, tetapi tidak diperkuat tiap kali perilaku tersebut diperagakan. Jadwal rasio tergantung pada berapa banyak respons yang dibuat oleh subjek. Jadwal interfal tergantung pada berapa lama waktu telah berselang sejak penguatan yang terakhir.
Jadwal penguatan dibagi menjadi empat yaitu:
1.    Jadwal interval pasti (fixed interval), yaitu ganjaran-ganjaran yang didistribusikan pada selang waktu yang seragam.
2.    Jadwal interval variabel (variable interval), yaitu ganjara-ganjaran didistribusikan menurut waktu sedemikian sehingga penguatan-penguatan itu dapat diramalkan.
3.    Jadwal rasio pasti (fixed ration), yaitu ganjaran diberikan setelah sejumlah respons yang jumlahnya pasti atau konstan.
4.    Jadwal rasio variabel, yaitu ganjaran beraneka sehubungan dengan perilaku individu.
·      Jadwal penguatan dan perilaku
Jadwal penguatan berkesinambungan dapat menghantar ke kejenuhan dini, dan dibawah jadwal ini perilaku cenderung melemah dengan cepat ketika pemerkuat tidak diberikan.
·      Modifikasi Perilaku Organisasi
Yaitu penerpan konsep penguatan pada individu dalam mengatur pekerjaan. Program OB Mod biasanya mengikuti model pemecahan masalah lima langkah :
1.    Mengidentifikasi perilaku perilaku penting
2.    Mengembangkan data baseline
3.    Mengidentifikasi konsekuensi perilaku
4.    Mengembangkan dan mengimplementasikan suatu strategi interfensi
5.    Mengevaluasi perbaikan kinerja















BAB III
PENUTUP

Terdapat tiga variabel individu yaitu:
1.                  Karakteristik biografis, adalah karakteristik pribadi yang objektif dan mudah diperoleh dari catatan pribadi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, status kawin, banyaknya tanggungan, dan masa kerja.
2.                  Kemampuan, adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

3.                  Pembelajaran, yaitu setiap perubahan yang relative permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar